Jumat, 25 Juni 2010

PERANAN TEKNOLOGI DALAM DUNIA PENDIDIKAN KITA, KINI DAN DULU

Dahulu kala di zaman yang kata orang serba susah, di zaman yang katanya orang makan pelepah daun pisang dan sebagainya, pendidikan merupakan hal yang penting di kalangan kaum pemuda saat itu. Tengok saja Sukarno, Hatta, Sutomo, dan yang lainnya. Ditengah zaman yang carut-marut dalam arti sebenarnya, mereka-mereka masih memikirkan pendidikan. Tanpa buku yang layak untuk belajar, (kalaupun ada hanyalah “sabak”). Tanpa ada kesempatan yang luas untuk saling berbagi dan berdiskusi tentang suatu topik. Kesempatan bangsa ini sangat terbatas untuk belajar. Hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan Belanda untuk sekolah. Itupun hanya tingkat rendah. Selebihnya jika ada beberapa pemuda zaman dulu yang belajar hingga tingkat tinggi adalah hasil dari perjuangan mereka yang sangat gigih.

Bila malam, mereka tentu tidak bisa belajar. Tahu sendirilah bagaimana PLN saja saat itu belum lahir. Belum lagi bila ada pergolakan yang terjadi. Maklum saja, zaman perang memang tidak bisa diprediksi dengan baik. Maksud hati ingin belajar, eh keadaan keamanan sedang gawat. Jadi, ya tahu sendirilah bahwa selain waktu yang sangat terbatas untuk belajar, kesempatan untuk semakin mengembangkan diri juga tidak ada. Mereka memang nyaris tidak pernah tersentuh oleh teknologi.

Namun jika kita mau terus menelusuri pejuang-pejuang kita, ada hal yang semestinya bisa kita ambil untuk kita jadikan pelajaran. Tengok saja pendahulu-pendahulu kita. Mereka tidak kalah cerdasnya dengan kita. Bahkan mereka dengan segala keterbatasan mereka bisa melampaui paradigma pemuda sekarang yang mungkin terlalu dimanja oleh teknologi. Mampu menembus level dunia internasional. Tengok saja Bung Karno yang pidato di PBB dengan gagahnya. Atau utusan-utusan dari Indonesia yang konferensi di Den Haag Belanda. Sungguh suatu prestasi yang sangat bagus.

Dalam dunia pendidikan kita di masa kini, teknologi membawa dampak yang sangat kuat. Nyaris semua bidang pendidikan masa kini sudah tersentuh oleh teknologi. Mulai dari yang paling sederhana sekalipun sudah tersentuh oleh teknologi. Contohnya adalah adanya sebuah web site ataupun web log yang mengusung tema pendidikan dengan segala pernak-perniknya. Semua hal yang bersifat pendidikan diulas dan dibahas habis sampai ke akarnya.

Contoh dari web site yang mengusung tema pendidikan misalnya http://www.e-smartschool.com/, http://www.e-dukasi.net, dan lain-lain. Web-web tersebut konsisten mengusung pendidikan sebagai temanya. Apapun alasan dibalik realita tersebut tidaklah jadi soal. Yang paling utama dari semua itu adalah bahwa pendidikan yang notabene hal membosankan bagi kebanyakan orang, ternyata masih mendapatkan tempat.

Namun peranan teknologi di zaman kini belumlah bisa dimaksimalkan oleh pemuda kita. Sebagai bukti, tengok prestasi kaum pendahulu kita dengan segala keterbatasannya. Bandingkan dengan semakin manjanya pemuda kita dengan teknologi tetapi kurang prestasi. Bukan maksud untuk mengecilkan peranan pemuda masa kini, tetapi paling tidak semoga tulisan ini mampu membangkitkan semangat pendidikan di era teknologi.

Pemuda Dulu dan Sekarang

Seseorang yang yang berperan penting bagi masyarakat pada masanya. Ia adalah seorang yang multitalented. Ia piawai sebagai orator, sastrawan, budayawan, dan agamawan. Namanya tak hanya dikenal dalam lingkup nasional, tetapi juga internasional.

Saat muda, ia tak berbeda dengan pemuda zaman sekarang. Ia kerap kali melakukan kenakalan-kenakalan remaja saat itu. Berjudi dan sabung ayam. Namun, dalam perjalanannya ia berhasil menjadi pemuda yang berperan penting bagi pendidikan. Namanya diabadikan menjadi nama perguruan tinggi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA).

Pemuda masa kini dapat menjadikannya panutan. Terlebih lagi bagi mereka yang berkuliah di UHAMKA. Ironisnya, banyak mahasiswa yang tidak mengenal sosoknya. Hal ini disebabkan kerena keengganan mereka mengenal sejarah. Padahal, sejarah adalah wacana penting bagi kelangsungan hidup selanjutnya. Dengan mempelajari sejarah, kita bisa mencegah pengulangan kesalahan pada masa lampau. Selain itu, kita jadi tahu pola pikir para pelaku sejarah yang berperan dalam keberlangsungan hidup kebangsaan. Pemuda-pemudi sejarah memiliki pola pikir modern. Pikiran mereka berorientasi pada masa depan bangsa.

Banyak daerah-daerah di Indonesia yang menjadi saksi keberanian para pemuda menyongsong desingan peluru demi cita-cita kemerdekaan yang diidam-idamkan. Begitu juga dalam sejarah dakwah Islam, pemuda memegang peranan penting. Ibnu Abbas berkata: “Tidak ada seorang Nabi pun yang diutus Allah melainkan ia (dipilih) dari pada kalangan pemuda saja. Begitu juga tidak seorang alim pun yang yang diberi ilmu pengetahuan melainkan (hanya) dari pada kalangan pemuda saja.” (Tafsir Ibnu Katsir: III/63)

Prihatin sekali melihat pemuda sekarang hidup dalam arus globalisasi yang tidak sepadan dengan budaya bangsa. Globalisasi yang seharusnya menjadi momok positif bagi perkembangan pola pikir mereka justru menyebabkan banyak kekeliruan antara perbedaan nilai kehidupan Barat dengan nilai-nilai ketimuran milik bangsa ini. Hal ini dikarenakan ketidaksiapan masyarakat menghadapi globalisasi.

Globalisasi menjadikan masyarakat, khususnya kaum muda, terlempar jauh dari idealisme ketimuran. Dari satu sudut pandang, mereka tetap orang Timur, tetapi dari dari sudut pandang lain, pemikiran, perasaan dan tingkah laku mereka dicemari oleh kebudayaan Barat yang mereka telan mentah-mentah tanpa filter. Hilangnya jati diri dan semangat kebangsaan disebabkan oleh monster yang disebut hedonisme.

Oleh karena itu, kaum muda perlu dibangkitkan semangat kebangsaannya dengan pemahaman kemuliaan budaya bangsa sendiri. Indonesia memerlukan pemuda-pemudi yang berkualitas seperti Buya Hamka muda yang memiliki komitmen tauhid yang lurus, serta keberanian yang tak mampu diperjualbelikan.(ndigun)

Pemuda adalah generasi penerus bangsa

Apa yang akan Anda jawab bila muncul pertanyaan: siapa generasi penerus bangsa. Dengan gampangnya orang akan menjawab: pemuda adalah generasi penerus bangsa.

Sebenarnya, seperti apa generasi yang diharapkan bangsa kita ini? Tanpa menyebut secara detail, kata “pemuda” bermakna terlalu umum. Sampai kapan pemuda akan dibebani pemaknaan itu? Siapa yang sebenarnya berhak mendapatkan sebutan sebagai generasi penerus bangsa?

Generasi penerus bangsa sudah seharusnya memberikan sumbangsihnya kepada bangsa. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang tidak omong besar, melainkan pemuda yang bertindak nyata. Tentu saja pemuda yang telah mengukir prestasi memiliki nilai lebih di masyarakat.

Jika kewajiban pemuda adalah mengemban tugas sebagai generasi penerus bangsa, bagaimana dengan seorang wisudawan? Sudahkah ia menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi universitasnya? Perayaan dan tasyakuran hanya simbol. Lulus dengan IPK cumlaude dan bertitel sarjana tidak menjamin lahirnya sebuah peran penting dalam perubahan bangsa, tapi sekadar berperan penting dalam akreditasi universitas tempat ia kuliah. Banyak lulusan universitas ternama yang hanya menjadi pengangguran.

Fenomena yang tampak selama ini tak menunjukkan perubahan yang signifikan. Mahasiswa saat ini tak lebih hanya status yang disandang seseorang yang menuntut ilmu di perguruan tinggi.

Jika mengulas sejarah, yang kita rasakan saat ini merupakan buah dari yang diperjuangkan oleh generasi penerus, terutama mahasiswa. Apakah mahasiswa pada masa tersebut sama dengan mahasiswa pada era ini? Sulit untuk mengatakan “ya”. Namun, tak mudah pula mengatakan “tidak”.

Jadi, jangan bangga mengaku sebagai mahasiswa jika belum memberikan sesuatu yang berguna bagi bangsa dan generasi berikutnya.

Pemuda Indonesia, Generasi Apolitis yang Optimistis

Apolitis, tetapi ingin populer dan mementingkan kekayaan di tengah konteks pertemanan global.” Itulah gambaran pemuda Indonesia saat ini yang hidup dalam komunitas maya akibat perkembangan teknologi telekomunikasi sebagaimana terpotret dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas.

Pemuda Indonesia, engkau pahlawan dalam hatiku! Demikian ungkap Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, dalam salah satu pidatonya yang terkenal bertajuk ”Fajar Menyingsing”.

Di depan massa dalam pembukaan Rapat Besar di Lapangan Ikada, Jakarta, tanggal 11 September 1944, secara khusus Bung Hatta menyoroti betapa pentingnya peran pemuda sebagai harapan bangsa. ”Saya percaya akan kebulatan hati pemuda Indonesia, yang percaya akan kesanggupannya berjuang dan menderita,” papar Hatta.

Generasi muda tidak hanya diklasifikasikan sebagai lapisan masyarakat berusia muda, tetapi lebih jauh dari itu selalu digambarkan sebagai sebuah generasi yang diisi oleh sosok-sosok yang penuh idealisme, berani berkorban, berani menderita, dan menjadi pelopor setiap perubahan sosial ataupun politik untuk kepentingan bangsanya.

Namun, kini setelah lebih dari satu abad Kebangkitan Nasional, menjelang 81 tahun setelah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dan lebih dari 63 tahun setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, pemuda menggariskan tantangannya sendiri. Bagaimanakah sosok pemuda masa kini?

Jajak pendapat Kompas yang dilaksanakan pada tanggal 21-23 Oktober 2009 di 10 kota besar di Indonesia mencoba untuk mengungkap bagaimana sosok pemuda perkotaan berusia 16-30 tahun dalam memandang diri dan kehidupannya, baik untuk saat ini maupun masa depan. Selain itu, juga diungkap bagaimana pemuda masa kini dalam memandang berbagai persoalan yang ada di masyarakat. Rentang usia 16-30 tahun ini mengambil kriteria pemuda berdasarkan RUU Kepemudaan, yang baru-baru ini disetujui DPR untuk segera disahkan.

Generasi terbuka

Hasil jajak pendapat Kompas menunjukkan bahwa di masyarakat perkotaan Indonesia telah muncul satu generasi muda baru yang sangat melek dengan perkembangan teknologi di bidang informasi dan telekomunikasi. Komputer, laptop, internet, dan aneka jenis telepon genggam sudah sangat akrab dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari saat ini.

Tidak kurang dari 81 persen responden mempunyai kebiasaan mengakses internet dan sekitar 69 persen responden terbiasa mengirim dan menerima surat elektronik (e-mail) dalam kehidupan sehari-harinya. Kedua hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden pemuda sangat akrab dengan dunia maya. Internet tak hanya digunakan sebagai sarana untuk mengakses informasi, tetapi juga digunakan sebagai sarana komunikasi dan berinteraksi sosial.

Selain digunakan untuk menerima dan mengirim pesan instan (chatting), belakangan ini situs jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, atau sebelumnya Friendster dan MySpace, telah menjadi media komunikasi dan interaksi sosial baru yang turut membentuk karakter sosial dan alam pikir pemuda. Facebook, misalnya, saat ini menjadi situs jejaring sosial yang paling banyak diminati di Indonesia, terutama di kalangan muda.

Menurut situs CheckFacebook.com, dari sekitar 303 juta pengguna Facebook di dunia, 10,8 juta di antaranya adalah pengguna dari Indonesia. Jumlah pengguna di Indonesia ini meningkat dengan sangat pesat karena pada pertengahan tahun 2008 penggunanya baru sekitar 300.000 orang.

Tingginya minat masyarakat terhadap situs jejaring sosial itu tecermin dari hasil jajak pendapat kali ini. Tiga dari empat responden kategori pemuda adalah pengguna situs jejaring sosial, yang kebanyakan adalah Facebook. Adapun lebih kurang separuh responden pemuda (48 persen) selain sebagai pengguna, juga membuat profil pribadi di situs jejaring sosial itu.

Persentase responden pemuda yang memiliki profil pribadi ini jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan responden berusia di atas 30 tahun yang hanya sekitar 21 persen. Hal ini mengindikasikan responden pemuda lebih berani membuka dirinya kepada orang lain ketimbang generasi di atasnya.

Mandiri dan produktif

Tidak hanya melek teknologi dan lebih terbuka, hasil jajak pendapat ini juga mengungkapkan bahwa pemuda saat ini sangat optimistis dalam menghadapi tantangan kehidupan masa depannya. Dalam soal penghasilan, misalnya, kendati separuh dari responden pemuda yang bekerja merasa uang yang mereka terima saat ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan, hampir semua responden (94 persen) yakin, pada masa depan, mereka akan mendapatkan penghasilan sesuai dengan yang diharapkan.

Sikap optimistis itu juga ditunjukkan sewaktu mereka diminta untuk memersepsikan kondisi yang dialaminya dengan kondisi yang dialami pemuda generasi sebelumnya, sekitar 20 tahun yang lalu, dalam beberapa persoalan. Rata-rata lebih dari dua per tiga pemuda saat ini berani memastikan, dibandingkan dengan nasib pemuda pada masa lalu, saat ini mereka mempunyai kesempatan yang lebih baik mulai dari hal untuk mendapatkan gaji yang tinggi, kehidupan yang menyenangkan, kemudahan membeli rumah, ikut serta dalam melakukan perubahan sosial, mendapatkan pendidikan yang baik, menikmati jaminan keuangan, hingga soal kebebasan seks.

Di samping bersikap optimistis, sebagian besar responden berani mengklaim, mereka adalah generasi yang unik dan berbeda dengan generasi lainnya. Untuk mendeskripsikan keunikan generasi mereka, sebagian besar responden menggunakan kata ”sukses dan mandiri”.

Selain itu, sebagian dari mereka menilai dirinya sebagai generasi ”produktif”. Di sisi lain, untuk menegaskan keunikan generasi mereka sebagai generasi yang lebih maju, sebagian besar pemuda menilai generasi orangtuanya adalah generasi ”kuno” atau ”jadul” (jaman dulu).

Pragmatis dan apolitis

Keunikan atau ciri khas pemuda sekarang yang lain adalah sikap pragmatisme. Ini terlihat dari harapan atau cita-cita yang ingin dicapai pada masa depan dan pandangan generasi ini terhadap persoalan yang dianggap penting bagi mereka saat ini.

Persoalan keuangan dan karier adalah persoalan paling utama bagi generasi muda saat ini. Menurut pandangan mereka, sebagian pemuda generasi mereka saat ini bercita-cita ingin menjadi kaya dan terkenal. Hanya seperempat bagian responden yang menilai generasi muda sekarang masih idealis, yakni ingin membantu orang yang memerlukan dan yang bercita-cita menjadi pemimpin di komunitasnya (lihat grafik).

Sikap pragmatisme sebagian besar pemuda yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi, yakni ingin kaya, terkenal, dan sukses dalam karier, berbanding terbalik dengan rendahnya partisipasi pemuda di bidang politik dan kemasyarakatan. Ketertarikan untuk terjun di bidang politik, seperti menjadi anggota partai politik ataupun anggota legislatif, sangatlah rendah. Tidak hanya itu, sebagian besar pemuda ternyata juga tidak tertarik untuk aktif di bidang sosial, seperti menjadi anggota organisasi kemasyarakatan, organisasi pemuda, dan lembaga swadaya masyarakat.

Tampaknya memang telah terjadi perubahan dan pergeseran nilai yang membentuk generasi pemuda saat ini, terutama dalam memandang realitas kehidupannya. Selain tantangan berbeda yang dihadapi pemuda saat ini, beragamnya referensi sebagai dampak dari kemajuan teknologi dan luasnya pergaulan mereka juga membuat cara pandang dan sikap mereka dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada menjadi berbeda.

Salah satu dampaknya adalah pemuda saat ini cenderung menjadi lebih pragmatis dan kurang peduli terhadap persoalan di luar dirinya. Namun, apabila pemuda bisa merespons berbagai tantangan ke depan itu dengan tepat dan menggunakan berbagai referensi yang ada secara bijak, bangsa ini ke depan masih bisa berharap banyak pada mereka.

Pemuda yang berperan dalam segi Sosial-Budaya

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Pemuda yang berperan dalam segi Religi

Membina Remaja

Masalah remaja adalh suatu masalah yg sebenarnya sngat menarik untuk dibicarakan, dimana akhir akhir ini timbul negatif para remaja yg mencemaskan kehancuran Bangsa Indonesia khususnya Islam. Keadaan sekarang yg semakin hari semakin hilang kekaidahan mereka tentang islam, dimana mereka selalu mengutamakan dunia dibandingkan akhirat yg begitu kekal.
Dari segi pandang masyarakat akan terlihat bahwa semakin maju masyarakat, semakin panjang masa remaja itu, karena untuk diterima dimasyarakat diperlukan kepandaian , tanggung jawab dan kematangan sosialyg meyakinkan. Sebenarnya yg terjadi pada para remaja ialah kegoncangan emosi. Pada masa pertama ia tidak mampu menyesuaikan diri dan tidak mengerti akan perubahan yg cepat ia lalui. Dan pertumbuhan mental yg akan ia lalui dimana ia harus menyelesaikan suatu masalah. Dan juga pertumbuhan pribadi dan sosial yg menjadi paling akhir, akan tetapi kepercayaan dan penghargaan yg di berikan masyarakat belum cukup dan sempurna bagi remaja, karena masa remaja dibilang masa paling menentukan dimasa depan nanti.
Agama dan Remaja
Sudah menjadi dasar hubungan remaja dan agama dimana ia membutuhkan pegangan dimasa depan dan sekarang untuk mengtasi dorongan negatif dan keinginan yg belum mereka megerti. Bagi remaja yg waktu kecilnya tidak dibina dengan agama adalah remaja yg paling rugi, justru dengan agama ia berada dijalur yg benar. Perkembangan remaja yg didasri oleh agama dan pengembangan pemikiran mereka kearah yg paling sempurna, ketika mereka sudah mengenal pemimpin mereka Nabi Muhammad saw. Masih ingat ketika rosul remaja yg tidak punya ayah dan ibu, tapi ia didasari agama yg sudah melekat pada dirinya. Rosul hanya seorang pengembala kambing dan seorang pedagang. Tapi keinginan dirinya yg tinggi dan atas kehendak allah ia telah berhasil menyebarkan agama islam yg diperintahkan allah. Meskipun halangan menimpa dan menghampiri ia tapi ia tidak takut dan selau istiqamah. Coba bayangkan oleh anda masa remaja rosul yg begitu menyedihkan tidak seperti kita yg serba mewah dan memilik orang tua, seharuskan kita bisa seperti rosul. Hanya bekerja sebagai pengembala dan pedagang yg kita bayangkan berapa sih penghasilannya, tapi dengan keinginan tinggi dan dilandasi dengan agama ia telah mengasai timur tengah dengan kepemimpinannya yg sangat dikagumi seluruh umat islam dan seluruh umat manusia. Campakan dalam hati dan pemikiran anda bahwa masyarakat yg dibangun oleh nabi muhammad adalah masyarakat madani. Masyarakat madani adlah masyarakat yg levelnya paling tinggi dan pada saat ini tidak ada masyarakat yg menyentuh level itu.
Ciri masyarakat madani :
1. kemandirian
2. kesukarelaan dan
3. religius
Bentuk masyarakat madani di Indonesia ialah dengan adanya ogranisasi (ORMAS)
Yg muncul seperti organisai pelajar, mahasiswa, pemuda dan organisasi profesi merupakan bentuk nyata bahwa masyakat indonesia mempunyai keinginan untuk menjadi masyarakat madani. Masyarakat madani, yang merupakan kata lain dari masyarakat sipil (civil society), kata ini sangat sering disebut sejak kekuatan otoriter orde baru tumbang selang satu tahun ini. Malah cenderung terjadi sakralisasi pada kata itu seolah implementasinya mampu memberi jalan keluar untuk masalah yang tengah dihadapi oleh bangsa kita. Kecenderungan sakralisasi berpotensi untuk menambah derajat kefrustasian yang lebih mendalam dalam masyarakat bila terjadi kesenjangan antara realisasi dengan harapan. Padahal kemungkinan untuk itu sangat terbuka, antara lain, kesalahan mengkonsepsi dan juga pada saat manarik parameter-parameter ketercapaian . Saat ini gejala itu sudah ada, sehingga kebutuhan membuat wacana ini lebih terbuka menjadi sangat penting dalam kerangka pendidikan politik bagi masyarakat luas khususnya remaja . Namun hal itu selalu menghambati masalah yg selalu menghantui Indonesia mulai dari memerdekan Indonesia, Masa otoriter Suharto, dan Krisis Moneter dan lain lain yg seakan tidak pernah habis. Kebutuhan untuk keluar dari rasa takut akibat distorsi peran militer selama masa orde baru menyebabkan terjadinya proses kristalisasi konsep masyarakat madani yang berbeda dengan konsep bakunya. Dengan kata lain telah terjadi gejala “contradictio internemis” pada wacana masyarakat madani dalam masyarakat kita dewasa ini. Ini merupakan konflik sosial selalu dapat terjadi karena adanya jurang pemisah antara struktur sosial dengan struktur sosial lainnya. secara sosiologi konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang / lebih (bisa juga kelomok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan / membuatnya tidak berdaya.
Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri2 yang dibawa dalam suatu interaksi. perbedaan tersebut diantaranya perbedaan fisik, pengetahuan, adat istiadat, kekuasaan, dan keyakinan. apa kita bisa lihat didunia ini tidak ada konfik? jawabanya tentu tidak. mengapa allah menciptakan yg jahat dan yg baik seolah hidup dunia ini penuh konflik. apa yg harus kita lakukan apa kita harus membunuh mereka? tidak perlu , semua jawaban itu tersimpan dalam hati kita semua. ingat sifat setan yg akan terus menggoda kita kejalannya sampai akhir jaman, hal yg kita harus lakukan adlah berpegang teguh terhadap quran dan hadis. Dan kita harus memperjuangkan negara ini mulai dari diri sendiri, dan yg harus kita lakukan adalh melatih, mendidik dan menjadikan remaja remaja sebagai kader umat islam untuk bangkit memerdekakan negeri ini dan islam untuk berjaya dari ideologi ideologi yg selalu menghantui negeri ini dan umat islam. Konflik sosial selalu dapat terjadi karena adanya jurang pemisah antara struktur sosial dengan struktur sosial lainnya. secara sosiologi konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang / lebih (bisa juga kelomok) dimana salah satu pihak berusaha meningkirkan pihak lain dengan menghancurkan / membuatnya tidak berdaya. Lebih dari 14 abad yang la l u, Islam muncul dan mulai berkembang membawa visi profetis Nabi sebagai gerakan pembebasan kebodohan dan keterbelakangan yang terinspirasi oleh kitab suci Al-Qur ` an. Ide revolusi yang di bawa oleh Nabi Muhammad Saw merupakan badai tsunami yang merambah seluruh lapisan khususnya masyarakat Arab dan dunia pada umumnya. Selain gagasan tersebut, yang terutama adalah tentang visi pendidikan yang luar biasa. Semangat Islam yang terinspirasi oleh ayat yang pertama turun "Iqra" (perintah membaca) dan Al-Muddatsir (perintah untuk bangkit dan menyampaikan). Sehingga pada awalnya Islam mulai menyebar dengan sistem pemberantasan buta huruf secara besar-besaran. Karena memang bahwa Islam tidak akan mampu berkembang dan meningkat manakala di pegang oleh orang-orang bodoh dan tidak tahu apa-apa. Dan memang sudah menjadi hak manusia untuk pintar dan memperoleh pendidikan. Itulah yg harus menjadikan kita semagat untuk bangkit membina para remaja. Maka dengan adanya organisasi organisasi Kita harus berusaha membina para remaja untuk menjadi para kader kader yg bermanfaat. Agama islam sangat memperhatikan ilmu pengetahuan, sebab ilmu pengetahuan manusia bisa berkarya, berprestasi dan jugaberibadah secara sempurna. Nabi memerintahkan agar kita mempunyai semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu, karena menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Kemanapun ilmu itu berada harus kita cari.
S etelah selama 7 abad lamanya Islam memimpin dunia, awal abad 15 M, Islam mulai terpuruk, pusat pendidik an , pengembangan dan penelitian ilmu waktu itu di Baghdad hancur berantakan setelah ada penyerangan dari bangsa Mongol yang di pimpin oleh Hulaghu Khan (putra dari Jengis Khan). Kehancuran kota Baghdad yang ditandai dengan pembakaran jutaan buku di berbagai perpustakaan dan pembuangan buku ke sungai Eufrat dan Tigris. Penelitian terbaru menjelaskan bahwa bukan atas kesadaran bangsa Mongol mengambil, membakar dan membuang buku, tapi itu atas perintah para jenderal Persia yang melarikan diri dan bergabung dengan tentara Mongol setelah Persia berhasil ditaklukkan oleh tentara Islam pada masa khalifah Umar. Bangsa Mongol yang terkenal dengan kebiasaan yang barbarian tidak memiliki pengetahuan dan keinginan sampai menghilangkan jutaan buku.
H al-hal tersebut berdampak sangat fatal, khususnya pada dunia pendidikan saat ini. Dampak globalisasi ekonomi politik meniscayakan adanya modernisasi dan di maknai sebagai alat untuk melegitimasi para pelaku pendidikan menerapkan logika bisnis dalam dunia pendidikan. Biaya pendidikan pun melambung tinggi akibat swastanisasi sekolah dan kompetisi pasar pendidikan yang tidak sehat.
S tandarisasi materi yang menjadi landasan pelaku pendidikan saat ini menyebabkan nilai-nilai afeksi terabaikan sama sekali. Hal tersebut menyebabkan pendidikan tidak terjangkau lagi untuk masyarakat bawah. Hal tersebut di perparah oleh mutu pendidikan yang masih rendah. Dalam hal itu kita bisa bayangkan model pendidikan jaman sekarang, yang semua tergantung pada uang. Maka dalam mengatasi hal itu, harus dari diri kita sendiri, dimana elemen itu selalu berhubungan.

Masalah remaja dan solusinya.
Sudah cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan intelektual dan emosional remaja di sekolah menegah (SLTP/ SLTA). Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak awal melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah. Mereka telah dibanjiri berbagai informasi, pengertian-pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan melalui media massa (televisi, video, radio, dan film) yang semuanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan para remaja sekarang. Dari segi fisik, para remaja sekarang juga cukup terpelihara dengan baik sehingga mempunyai ukuran tubuh yang sudah tampak dewasa, tetapi mempuyai emosi yang masih seperti anak kecil. Terhadap kondisi remaja yang demikian, banyak orang tua yang tidak berdaya berhadapan dengan masalah membesarkan dan mendewasakan anak-anak di dalam masyarakat yang berkembang begitu cepat, yang berbeda secara radikal dengan dunia di masa remaja mereka dulu.

Masalah Remaja Di Sekolah Remaja yang masih sekolah di SLTP/ SLTA selalu mendapat banyak hambatan atau masalah yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku. Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah.
1. Perilaku Bermasalah . Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.
2. Perilaku menyimpang . Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja mengalami prilaku menyimpang . Seorang remaja mengalami hal ini jika ia tidak tenang dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab prilaku menyimpang lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya.
3. Penyesuaian diri yang salah . Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada remaja di sekolah menegah (SLTP/SLTA).
4. Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah . Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari ini adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya . Selain itu, conduct disordser juga dikategorikan pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain.
5. Attention Deficit Hyperactivity disorder , yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hyperactif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya.

Peranan Lembaga Pendidikan Untuk tidak segera mengadili dan menuduh remaja sebagai sumber segala masalah dalam kehidupan di masyarakat, barangkali baik kalau setiap lembaga pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) mencoba merefleksikan peranan masing-masing.
Pertama , lembaga keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama.
Kehidupan kelurga yang kering, terpecah-pecah (broken home), dan tidak harmonis akan menyebebkan anak tidak kerasan tinggal di rumah. Anak tidak mersa aman dan tidak mengalami perkembangan emosional yang seimbang. Akibatnya, anak mencari bentuk ketentraman di luar keluarga, misalnya gabung dalam group gang, kelompok preman dan lain-lain. Banyak keluarga yang tak mau tahu dengan perkembangan anak-anaknya dan menyerahkan seluruh proses pendidikan anak kepada sekolah. Kiranya keliru jika ada pendapat yang mengatakan bahwa tercukupnya kebutuhan-kebutuhan materiil menjadi jaminan berlangsungnya perkembangan kepribadian yang optimal bagi para remaja.

Kedua , bagaimana pembinaan moral dalam lembaga keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Kontras tajam antara ajaran dan teladan nyata dari orang tua, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh panutan di masyarakat akan memberikan pengaruh yang besar kepada sikap, perilaku, dan moralitas para remaja. Kurang adanya pembinaan moral yang nyata dan pudarnya keteladanan para orangtua ataupun pendidik di sekolah menjadi faktor kunci dalam proses perkembangan kepribadian remaja. Secara psikologis, kehidupan remaja adalah kehidupan mencari idola. Mereka mendambakan sosok orang yang dapat dijadikan panutan. Segi pembinaan moral menjadi terlupakan pada saat orang tua ataupun pendidik hanya memperhatikan segi intelektual. Pendidikan disekolah terkadang terjerumus pada formalitas pemenuhan kurikulum pendidikan, mengejar bahan ajaran, sehingga melupakan segi pembinaan kepribadian penanaman nilai-nilai pendidikan moral dan pembentukan sikap.

Ketiga , bagaimana kehidupan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat apakah mendukung optimalisasi perkembangan remaja atau tidak.
Saat ini, banyak anak-anak di kota-kota besar seperti Jakarta sudah merasakan kemewahan yang berlebihan. Segala keinginannya dapat dipenuhi oleh orangtuanya. Kondisi semacam ini sering melupakan unsur-unsur yang berkaitan dengan kedewasaan anak. Pemenuhan kebutuhan materiil selalu tidak disesuaikan dengan kondisi dan usia perkembangan anak. Akibatnya, anak cenderung menjadi sok malas, sombong, dan suka meremehkan orang lain.

Keempat , bagaimana lembaga pendidikan di sekolah dalam memberikan bobot yang proposional antara perkembangan kognisi, afeksi, dan psikomotor anak.
Akhir-akhir ini banyak dirasakan beban tuntutan sekolah yang terlampau berat kepada para peserta didik. Siswa tidak hanya belajar di sekolah, tetapi juga dipaksa oleh orangtua untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan mengikuti les tambahan di luar sekolah. Faktor kelelahan, kemampuan fisik dan kemampuan inteligensi yang terbatas pada seorang anak sering tidak diperhitungkan oleh orangtua. Akibatnya, anak-anak menjadi kecapaian dan over acting, dan mengalami pelampiasan kegembiraan yang berlebihan pada saat mereka selesai menghadapi suasana yang menegangkan dan menekan dalam kehidupan di sekolah.

Kelima , bagaimana pengaruh tayangan media massa baik media cetak maupun elektronik yang acapkali menonjolkan unsur kekerasan dan diwarnai oleh berbagai kebrutalan.
Pengaruh-pengaruh tersebut maka munculah kelompok-kelompok remaja, gang-gang yang berpakaian serem dan bertingkah laku menakutkan yang hampir pasti membuat masyarakat prihatin dan ngeri terhadap tindakan-tindakan mereka. Para remaja tidak dipersatukan oleh suatu identitas yang ideal. Mereka hanya himpunan anak-anak remaja atau pemuda-pemudi, yang malahan memperjuangkan sesuatu yang tidak berharga (hura-hura), kelompok yang hanya mengisi kekosongan emosional tanpa tujuan jelas.
S etiap remaja harus mempersiapkan diri sebagai khalifah Allah. Mereka harus mempunyai tujuan dan kesungguhan sebagai insan yang taat dan kreatif. Tujuan hidup yang tidak bercanggah dengan kehendak Islam hendaklah disemai ke dalam diri seorang remaja jika mereka mahu berjaya dan maju sebagai generasi yang cemerlang dan diberkati.
P engendalian D iri
R emaja memerlukan pengendalian diri kerana remaja belum mempunyai pengalaman yang memadai dalam perkara ini. Masa remaja banyak menyentuh perasaan seorang remaja sehingga menimbulkan jiwa yang sensitif dan peka terhadap diri dan lingkungannya. Perkembangan ini ditandai dengan cepatnya pertumbuhan fizikal dan seksual. Akibat dari pertumbuhan fizikal dan seksual yang cepat itu maka timbullah kegoncangan dan kebingungan dalam diri remaja, khususnya dalam memahami hubungan lain jenis.
D ari keadaan yang dihadapi remaja ini akan menimbulkan dua masalah. Pertama dorongan seksual kerana ingin membuktikan bahawa diri telah dewasa sehingga berakhlak yang kurang sopan di tengah masyarakat, sehingga orang ramai menilai bahawa remaja hanya menimbulkan masalah. Padahal ketika itu remaja sedang meraba-raba dalam mencari jatidirinya.Kedua, mungkin juga remaja hilang kendali dalam dirinya sehingga lebih cenderung mengikuti nafsunya itu, ataupun remaja lebih suka menyendiri dan menutup diri.
R emaja yang merasakan bahawa fizikalnya sudah seperti orang dewasa sehingga ia merasa pula harus bersikap seperti orang dewasa untuk menutup keadaan dirinya yang sebenar harus memahami bahawa anggapannya itu hanya sekadar imitasi atau peniruan. Untuk itu remaja harus pandai mengendalikan diri dalam menghadapi dunia yang penuh dengan pancaroba dan gejolak ini. Hindarilah dari hanya mengikut kehendak hati, tapi gunakanlah fikiran agar setiap keputusan yang diambil benar-benar mengikuti citarasa ibu bapa, masyarakat dan agama.
R asa K ebebasan R emaja
P ada usia remaja sangat memerlukan kebebasan emosional dan material. Kematangan dalam bidang fizikal atau tubuh mendorong remaja untuk berdikari dan bebas dalam mengambil keputusan untuk dirinya sehingga remaja terlepas dari emosi ibu bapa dan keluarga. Ramai ibu bapa tidak memahami keinginan yang tersimpan di dalam jiwa remaja, sehingga membatasi sikap, keperibadian dan tindakan-tindakan mereka, dengan alasan merasa belas kasihan dan lain-lain. Dengan cara ibu bapa sedemikian remaja merasa dirinya tidak dipercayai oleh orang tuanya, akibatnya remaja yang tidak memahami akan hakikat dirinya sendiri akan memberontak dan melawan kepada kedua ibu bapa.
R emaja yang beriman akan mengerti bahawa rasa kebebasan yang timbul dari dalam dirinya itu bukan selamanya harus dituruti, tetapi harus diatasi dengan cara yang bijaksana. Memang betul dalam satu aspek remaja memerlukan kebebasan untuk menentukan keputusannya, namun dari aspek lain remaja masih memerlukan orang tua untuk membimbing dan memberi tunjuk ajar kepadanya. Jadi berfikirlah secara positif agar tuntutan dalam diri itu tidak mengalahkan tuntutan dan kehendak mulia orang tua terhadap diri anaknya. Jika ini dapat diatur secara efektif maka tidak akan timbul konflik kejiwaan dalam diri seorang remaja.
R asa K ekeluargaan R emaja
S ebetulnya keperluan remaja terhadap kebebasan diri sendiri dan ingin berdikari itu bertentangan dengan keperluannya untuk bergantung terhadap ibu bapanya. Gejolak jiwa tersebut membuat remaja merasa tidak aman, kerana dari satu aspek ia sangat memerlukan keluarganya, namun dari segi yang lain dia ingin berdakari. Pengalaman kejiwaan semacam ini menyebabkan remaja menjadi bingung dan tidak menentu. Bagi remaja yang mengerti peristiwa yang sedang menimpa jiwanya dia akan berhati-hati dalam mengmbil sebarang tindakan, sehingga ia akan menjadi remaja yang tidak tertekan perasaan.
R asa kekeluargaan dalam diri remaja ini bukan saja terjadi dalam lingkungan ibu bapa dan sanak saudara, tetapi juga pada kelompok teman seperjuangan, organisasi, sukan dan lain-lain. Jika perasaan ini disemai dengan baik, maka remaja tidak akan mengalami stres dan tekanan perasaan dan menjadikan kecenderungan jiwanya itu ke arah yang positif.
K ehidupan S osial R emaja
R emaja sangat memerlukan agar kehadirannya diterima oleh orang-orang yang ada dalam lingkungannya, di rumah, di sekolah ataupun dalam masyarakat di mana ia tinggal. Rasa diterima kehadirannya oleh semua pihak ini menyebabkan remaja merasa aman, kerana ia merasa bahawa ada dukungan dan perhatian terhadap dirinya. Perkara ini merupakan motivasi yang baik bagi diri remaja untuk lebih berjaya dalam menghadapi kehidupannya.
P enerimaan masyarakat terhadap diri seseorang berperanan dalam mewujudkan kematangan emosi. Pada umumnya remaja sangat peka terhadap pujian dan cacian disekitarnya sehingga menyebabkan remaja mudah tersinggung. Jika ini terjadi remaja hendaklah memahami bahawa tidak semua manusia itu dalam keadaan serba baik, kemungkinan kesilapan yang dilalakukan oleh masyarakat sekitar itu dapat mendorong kita lebih matang dalam menghadapi masalah. Remaja juga harus menyedari, kemungkinan juga cacian dan celaan itu timbul kerana kesalahan dari pihak remaja sendiri. Bagi remaja yang beriman akan menghadapi suasana sosial semacam ini dengan lebih tenang dan sabar, sehingga ia akan menjadi remaja yang berhasil dan cemerlang.
P enyesuaian D iri R emaja
P enyesuaian diri terhadap orang lain dan lingkungan sangat diperlukan oleh setiap orang, terutama dalam usia remaja. Kerana pada usia ini remaja banyak mengalami kegoncangan dan perubahan dalam dirinya. Apabila seseorang tidak berhasil menyesuaikan diri pada masa kanak-kanaknya, maka ia dapat mengejarnya atau memperbaikinya pada usia remaja. Akan tetapi apabila tidak dapat menyesuaikan diri pada usia remaja, maka kesempatan untuk memperbaikinya mungkin akan hilang untuk selama-lamanya, kecuali boleh didapati melalui pengaruh pendidikan dan latihan-latihan.
R emaja yang mampu menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungannya mempunyai ciri-ciri antara lain; suka bekerjasama dengan orang lain, simpati, mudah akrab, disiplin dan lain-lain. Sebaliknya bagi remaja yang tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain atau lingkungannya mempunyai ciri-ciri; suka menonjolkan diri, menipu, suka bermusuhan, egoistik, merendahkan orang lain, buruk sangka dan sebagainya. Jika kebetulan remaja belum mampu menyesuaikan diri dengan cara yang lebih baik, maka berusahalah ke arah pembinaan akhlak yang mulia, maka insya Allah suatu saat nanti kita akan mampu. Seorang remaja jangan lekas putus asa dan patah hati dalam menghadapi kehidupan ini jika ingin lebih sukses dan cemerlang di masa akan datang.

K eyakinan A gama dan N ilai M urni R emaja
K einginan remaja terhadap sesuatu kadang kala tidak dapat dipenuhi kerana dihalangi oleh ketentuan agama dan adat kebiasaan di tengah masyarakat. Pertentangan itu semakin ketara jika remaja menginginkan sesuatu hanya menurut selera dan kehendaknya saja. Mereka berpakaian yang tidak senonoh, menonton video lucah dan berperangai tidak manis di pandang mata, padahal semua perbuatan ini berlawanan dengan ketentuan agama dan nilai-nilai murni. Bagi remaja yang padai menempatkan dirinya pada posisi yang betul maka dia akan menghindari segala keinginan yang tercela dari kehidupannya.
P ertentangan antara keinginan remaja dengan ketentuan agama ini menyebabkan jiwa remaja memberontak dan berusaha menepis kenyataan itu dengan menurutkan kata hatinya.Remaja yang berhemah tinggi dan berakhlak mulia serta mempunyai lingkungan keluarga yang menjalankan perintah agama, maka perkara ini dengan mudah mereka hadapi. Namun bagi remaja yang telah terlanjur melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan perintah agama hendaklah berusaha memperbaiki diri agar tidak sentiasa terlena dengan sesuatu pengaruh dan kenikmatan yang bersifat semantara itu.
D emikianlah di antara pengaruh atau gejolak jiwa yang terjadi dalam diri seorang remaja. Semuanya memerlukan perhatian remaja dalam memahami dirinya sendiri, serta perhatian ibu bapa agar ada saling pengertian dalam menghadapi dan memahami seorang insan yang berstatus REMAJA. Semoga informasi tentang remaja ini berguna dalam menjana para remaja dan pelajar dalam menghadapi abad yang penuh dengan cabaran dan godaan ini.

Pemuda yang berperan dalam segi materi

Dalam setiap zaman, seseorang selalu menanyakan apa yang disebut sebagai “waktu” itu. Padahal “waktu” itu sangat dekat dengan kehidupan kita dan setiap orang pasti mengenal apa dan bagaimana “waktu” itu berada. Seiring dengan berjalannya waktu, dunia mengalami perubahan dalam berbagai hal. Seperti perubahan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi informasi, dan berbagai bidang kehidupan yang lain. Hal ini disadari atau tidak mengantar kita pada suatu zaman dimana keberadaan manusia berada pada titik kritis yang cenderung menyempitkan pilihan manusia untuk memimpin, menjadi pengikut atau menyingkir dari setiap perubahan yang terjadi. Menjadi pemimpin berarti menjadi pelopor sebuah kemajuan dalam perubahan ke arah yang lebih baik atau menjadi pengikut yang setia mengekor ke sana-kemari tanpa tujuan yang jelas bahkan tanpa tujuan atau pula menyingkir (meluputkan diri) dari perubahan yang terjadi di dunia saat ini.

Pemuda berada di tengah kondisi dunia yang senantiasa berubah. Perubahan di dalam cara pandang, gaya hidup, dan berbagai sistem sosial yang sudah melembaga di penjuru dunia. Dari segi cara pandang, zaman ini lebih melihat kehebatan teknologi-informasi dan pengetahuan sebagai “dewa” yang mampu membuat hidup manusia menjadi lebih baik dan indah. Manusia memuja teknologi sebagai hasil karyanya dan menyampingkan Tuhan yang meletakkan pengetahuan di dalam pikiran manusia. Ketika seorang astonot berhasil mendaratkan diri di bulan, tentu yang pertama mendapat pujian dan rasa kagum adalah si pembuat teknologi pesawat ulang-alik yang bisa mendaratkan sang astronot sampai ke bulan dan si astronot itu sendiri atas keberaniannya pergi ke bulan, sedangkan Tuhan dilupakan begitu saja. Manusia memuja dirinya sendiri! Dari teosentris menjadi antroposentris.

Dalam hal gaya hidup, manusia tentu mengenal berbagai pola relasi dengan berbagai bentuk kehidupan sosial yang cenderung mengarah pada satu kebiasaan atau simbol yang menjadi pusat perhatian gaya hidup itu sendiri. Misalnya, gaya hidup hedonistik. Gaya hidup yang mementingkan kesenangan dan kenikmatan sebagai hal yang utama di dalam kehidupan. Simbolnya adalah kenikmatan dan kesenangan. Kebiasaannya adalah menebar kesenangan dan kenikmatan itu dengan melarikan diri ke tempat-tempat yang mampu memberi kepuasan dan kesenangan itu sendiri. Di sisi lain, ada pula orang-orang yang mengagungkan perihal materi. Pada pihak ini, materi adalah segalanya yang mampu memberikan jaminan atas keberlangsungan hidup tanpa perlu mengkhawatirkan sesuatu hal apapun dalam hidup ini. Yang dicari adalah materi dan yang menjadi tumpuan adalah harta, maka terbentuklah kaum borjuis-jetzet yang gemar mengumbar kekuasaan materi sebagai modal dan senjata untuk menaklukan manusia yang lain.

Bila melirik pada keadaan politik, sosial dan ekonomi bergandengan dengan perubahan iptek, maka bisa dikatakan bahwa keduanya memberikan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan. Politik seringkali dikawinkan dengan agama yang pada akhirnya secara membabi-buta membuat keputusan-keputusan kontroversial yang berkontradiksi dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Dalam bidang sosial, keberpihakan terhadap kaum kapitalis dan borjuis oleh sebuah pemerintahan telah menghasilkan kepemimpinan yang korup dan menyengsarakan rakyat jelata. Dan dalam hal ekonomi, semua pihak memiliki kepentingannya sendiri untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya berhubungan dengan keadaan yang terjadi. Sistem pemerataan ekonomi yang mengandalkan jatunya remah-remah roti kemakmuran dari pusat menuju daerah hanya akan menambah jumlah orang-orang miskin di dunia. Keadaan akan semakin sukar untuk mengangkat derajat hidup kaum marginal.

Itulah kondisi dunia yang saat ini sedang berkembang. Waktu terus berjalan dengan segala perubahan yang terjadi silih berganti mendorong setiap orang menentukan pilihan kehidupannya. Ke manakah zaman ini akan bergerak? Dan bagaimana peranan kaum muda di dalam zaman ini?



Pemuda dan Zaman ini : Krisis Identitas

Penulis tidak bisa menyembunyikan sikap bahwa saat ini bukan saja terjadi krisis zaman, tetapi juga krisis identitas yang melanda para pemuda di abad ini. Mungkin kita sering mendengar merek dagang berbagai pakaian, tas, sepatu, parfum dan lainnya yang notabene buatan Amrik atau negara maju yang lain dijual di dalam negeri dengan harga yang cukup terjangkau, namun ternyata buatan dalam negeri sendiri. Pertanyaannya adalah mengapa bila buatan dalam negeri sendiri, menggunakan merek dagang luar negeri? Apakah kita tidak pe-de bila menggunakan merek buatan kita sendiri? Atau jangan-jangan rasa nasionalisme kita telah luntur tergantikan dengan gengsi yang seringkali lebih berharga daripada harga diri sendiri! Wah, nampaknya itulah yang terjadi saat ini. Ketidakpercayaan pada diri sendiri ditambah dengan kekaguman yang berlebihan terhadap “barang” milik orang lain, jelas akan menambah daftar panjang krisis identitas yang sedang dialami bangsa ini.

Bila melihat permasalahan lebih luas, mari kita simak kiprah negara-negara dunia ketiga saat ini. Kegerakan bukan lagi timbul dari negara-negara super power macam Amerika dan Rusia, tetapi telah muncul dari ranah Asia seperti Iran, Cina, India, dan Korea. Negara-negara ini ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka tidak lagi berada di bawah ketiak negara super power yang hanya menjadikan mereka sebagai boneka mainan yang mudah dikendalikan semaunya, namun telah bangkit dengan ideologi dan semangat kemajuan yang tinggi untuk mengatasi krisis identitas dan juga krisis zaman yang menerpa keberlangsungan hidup negara dunia ketiga. Mereka bangkit dengan pengenalan akan jati diri mereka sendiri! Bukan jati diri bangsa lain, bukan semangatnya negeri lain, tetapi dengan berdiri di atas kaki sendiri, seperti kata Bung Karno. Mereka bangkit mengatasi krisis dengan mengerahkan seluruh daya yang dimiliki, dan ketika mereka melakukan perubahan itu, mereka melakukannya dengan kesungguhan hati!



Pemuda dan Zaman ini : Menang dalam Zaman yang Kritis

Jikalau seseorang bertanya bagaimana pemuda bisa memberikan jawaban atas krisis zaman yang menerpa hampir sebagian besar kehidupan di dunia ini, maka tidaklah cukup satu ton teori untuk menjelaskannya, tetapi cukuplah satu ons tindakan untuk memulai sebuah perubahan dan merajut jalan kemenangan atas zaman yang kritis. Pemuda memang diberkahi dengan idealisme yang tinggi, cita-cita luhur nan mulia, dan semangat juang yang berkobar, namun tanpa adanya tindakan konkrit untuk menantang zaman ini, maka mustahil kita memiliki kekuatan untuk menang atas zaman yang kritis ini. Selayaknya kita memperhatikan beberapa hal yang dapat menjadi senjata bagi para pemuda, khususnya pemuda-pemuda Kristen yang belajar untuk mengokohkan keyakinannya di tengah zaman yang kritis.

1. Menegaskan Identitas Diri

Setiap pemuda yang berjuang untuk melakukan sebuah perubahan, dan menang atas zaman ini, hendaknya terlebih dahulu menegakkan identitas dirinya. Ya, identitas sebagai anak-anak Allah yang tidak hanya berjuang untuk memajukan pemberitaan Injil, membawa banyak orang datang kepada Kristus, tetapi juga memiliki sikap perjuangan yang sama ketika bergerak menantang zaman, berani mendobrak kemapanan dan melakukan perubahan. Zaman yang kritis dan sedang dalam krisis ini, telah nyaman dan mapan dengan sebagian besar pandangan telah diracuni oleh semangat kapitalisme yang di-gincu oleh kebebasan berekspresi seolah-olah semua orang boleh bertindak semau gue yang berakibat pada pudarnya kesejatian jati diri dan berujung pada upaya mengadopsi cara pandang dunia yang terlanjur rusak karena telah dikuasai oleh idealisme-idealisme pragmatis yang hanya menonjolkan sikap easy going dan pada akhirnya membawa orang ikut-ikutan arus tanpa tahu mana yang baik dan yang buruk. Gejala yang ditimbulkan sungguh mengejutkan. Setiap orang diajak untuk memiliki semangat, sikap, cara pandang dan perilaku seperti kebanyakan orang di belahan bumi lain, untuk kemudian dibius dengan berbagai identitas baru yang seolah-olah orang tersebut sebelumnya tidak memiliki identitas apa-apa. Orang Kristen pun terperangkap dalam hal ini! Mereka seakan meyakini ada sesuatu hal yang kurang bila tidak meniru si dia, si anu atau siapapun yang terkenal, tenar dan memukau banyak pihak. Mulai dari pakaiannya, asesoris yang dipakai, mobil bawaannya, dan seterusnya, semuanya (kalau bisa) juga bisa menjadi miliki saya! Standarnya telah bergeser, bukan lagi manusia mengerti dan memahami tuntutan Allah di tengah-tengah dunia ini, tetapi manusia telah menjadi standar bagi dirinya sendiri dan orang lain. Akibatnya, manusia seakan menerima standar ganda, yang berujung pada pudarnya identitas diri sebagai orang-orang tebusan Allah yang telah diperbarui hidupnya, dan berubah menjadi serupa dengan dunia ini. Identitas diri yang “baru” di dalam Kristus itu perlahan menjadi pudar dan ditutupi dengan berbagai macam identitas dunia yang kesemuannya adalah buatan manusia belaka, yang penuh manipulasi dan tipu daya demi mendapatkan pengikut dan menjerumuskannya pada kehancuran! Sehingga dengan demikian, perlulah kita kembali mengoreksi diri kita sendiri, bagaimana kita selama ini memahami identitas diri kita sebagai anak-anak Allah yang berada di tengah-tengah dunia. Apakah utusan sebagai domba di tengah serigala telah berubah menjadi serigala berbulu domba yang seolah-olah halus diluarannya, tetapi sesungguhnya sama seperti serigala yang ada di tengah-tengah dunia?



2. Menegaskan Kualitas Iman dan Hidup

Kualitas keimanan kita bukan diukur dari seberapa banyak kita rajin ke gereja, banyaknya aktivitas bergereja yang kita lakukan, tetapi bagaimana iman kita dapat mendasari kehidupan kita sebagai apa yang kita yakini, itulah yang kita lakukan. Sehingga pada intinya, iman dan perbuatan kita seiring selaras. Bukan perbuatan yang berkontradiksi dengan iman, tetapi kita melakukan sesuatu berdasarkan kebenaran keyakinan iman kita. Itulah yang mendasari hidup keimanan kita kepada Allah. Hidup keimanan yang demikian akan menghantar manusia kepada satu pengenalan yang benar akan Allah, dan pada gilirannya menuntun setiap orang percaya untuk menyadari betapa lemah dirinya tanpa pertolongan dan penyertaan Allah dalam mengarungi kehidupan imannya.

Di tengah himpitan krisis, dan terpaan berbagai nilai-nilai zaman yang merasuki pikiran manusia secara bertubi-tubi, patutlah kita bertanya, apa yang dapat membuat kita bertahan di dalam semuanya itu? Kalaupun kita mengatakan bahwa standar nilai moral yang kita yakini selama ini, ideologi-ideologi, aturan-aturan sosial, batas-batas kebebasan, tanggung jawab moral dalam kemanusiaan, atau pula keberpihakan terhadap kaum marginal, dan berbagai klaim humanis yang melindungi segenap manusia di muka bumi ini, sekali lagi pertanyaannya adalah: apakah semuanya itu memampukan kita bertahan di tengah terpaan zaman yang kritis dan begitu kerasnya ini? Bukankah semua hal itu telah menemukan kekalahannya oleh sebab akar dari semua kerusakan yang terjadi adalah karena manusia lebih senang (cenderung) untuk mengangkat dirinya sebagai pihak yang paling berkuasa di muka bumi ini dengan mengabaikan Allah yang menciptakan bumi dan segala isinya termasuk manusia sendiri?

Menegaskan kualitas iman dan hidup kita di hadapan Allah dan sesama menunjukkan diri kita sebagai gambar dan rupa Allah yang memahami dengan benar, kehendak dan kedaulatan-Nya, maka kita berada pada tempat yang tepat untuk menunaikan tugas dan tanggung jawab kita sebagai bagian dari pihak-pihak yang berkehendak baik untuk memberikan jawab terhadap krisis yang melanda zaman ini. Bukankah sudah sering kita dengar bahwa keberadaan kita sebagai umat percaya perlu memberikan arti pada tempat di mana kita berada. Sebagai kaum muda, misalnya, kita harus menunjukkan kualitas kehidupan iman kita yang sesungguhnya. Bukan suam-suam kuku alias ragu-ragu. Bukan pula setengah-setengah, asal mau, asal jadi, tetapi kehidupan iman yang sungguh-sungguh dibangun dalam relasi yang intim dengan Allah. Barulah kita sebagai kaum muda siap untuk memberi jawab atas krisis yang melanda zaman ini. Maka mulailah segala perjuangan kita dengan Allah! Begin with God.



3. Menegaskan Niat Mempermuliakan Allah.

Langkah pertama untuk memulai sesuatu adalah memiliki sebuah keinginan atau niat untuk mencapai sebuah tujuan akhir. Apa tujuan akhir kita di dalam memperjuangkan hidup ini? Hal yang tidak mungkin dapat disangkali adalah bahwa dengan melakukan semua hal yang kita bisa, maka orang lain akan memberikan pujian, sanjungan dan lainnya kepada kita sebagai tanda bahwa kita adalah orang yang hebat, seolah-olah sosok yang sangat penting bahkan genting bagi zaman ini. Namun, bila semuanya diarahkan pada manusia, bukankah seringkali membawa manusia pada kejatuhannya dengan melupakan Allah. Jikalau kita mau mengakui dengan jujur, bahwa hanya Allah sajalah yang layak menerima hormat dan pujian dari seluruh penjuru muka bumi ini.

Jikalau kita berani mengatakan di dalam diri kita bahwa hanya Allah saja yang kita senangkan, yang kita sembah, yang kita puja, dan kita memuliakannya, maka tujuan kita yang utama telah jelas bahwa hidup kita hanya untuk memuliakan Allah. Dan hal ini berarti bahwa kita harus bersiap untuk terpisah dari pihak-pihak yang melawan Allah, dan lebih mendukung para pembesar, orang-orang kuat, dan para raja kecil yang berusaha menyaingi Allah. Maka dari sini, kita menerima sebuah kabar baik bahwa kehidupan kita untuk menyenangkan Allah adalah jauh lebih baik daripada kita menyerahkan diri kita kepada orang-orang yang melawan Allah.



Sebagai penutup rangkaian tulis ini, marilah sejenak kita merenungkan kembali apa yang diungkapkan rasul Paulus kepada jemaat di Filipi :

“Supaya kamu tiada beraib dan tidak bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (Filipi 2:15)

Masyarakat Madani dan Peran Pemuda

“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world “
Nelson Mandela



Ya, itulah yang Nelson Mandela katakan tentang betapa pentingnya pendidikan bagi setiap orang, ter khususnya untuk setiap pemuda pemudi bangsa termasuk para pemuda pemudi bangsa kita ini, Bangsa Indonesia. Namun anehnya, mengapa para pemuda pemudi bangsa ini terkadang tidak memahami betul betapa berartinya pendidikan bagi kemajuan bangsanya. Dengan bermalas-malasan dan membuang-buang waktu untuk hal yang tidak bermanfaat jelas para pemuda pemudi ini tidak menganggap pendidikan sebagai suatu hal yang cukup penting. Padahal, seperti yang dikatakan Nelson Mandela, pendidikan adalah senjata yang paling kuat yang mana dapat kita gunakan untuk merubah dunia (setidaknya untuk merubah bangsa ini). Jelas hal ini menghambat kemajuan bangsa untuk menjadi bangsa yang masyarakat madani.
Yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah masyarakat yang berpartisipasi dan saling mengayomi untuk mewujudkan cita-cita pemerintah. Cita-cita pemerintah bisa dalam segi pembangunan yang semakin maju, kesejahteraan sosial, pendidikan dan lain sebagainya. Nah, cita-cita pemerintah inilah yang harusnya wajib bagi para pemuda pemudi bangsa ini untuk mewujudkannya. Dengan cara apa? Ya bisa bermacam-macam. Contohnya saja para pelajar, kita sebagai pelajar seharusnya sudah memiliki komitmen untuk serius dalam belajar dan aktif di Organisasi. Namun bila kita sebagai pelajar hanya bermalas-malasan, tidur di kelas, banyak pacaran dan sebagainya yang termasuk perbuatan yang kurang bermanfaat, itu sama saja kita menghancurkan negara! Kita sama aja telah menghancurkan cita-cita negara ini untuk membentuk masyarakat yang madani! Apakah kita sebagai sebagai pelajar atau siapapun kita menyadari bahwa kita telah (sedikit demi sedikit) membawa bangsa sendiri dalam kehancuran?! Apakah kita semua sudah mempunyai komitmen untuk membangun bangsa ini bersama demi kemajuan bangsa?!
Yah, mungkin memang beberapa dari kita belum menyadari betapa pentingnya peran mereka para remaja/pemuda untuk membantu dan mewujudkan cita-cita pemerintah dalam mewujudkan masyarakat madani. Mungkin kita semua para pemuda perlu introspeksi diri tanpa banyak menyalahkan orang lain, karena kita para pemuda harus tetap bersatu untuk mewujudkan cita-cita negeri ini, negeri yang kita cintai, negeri Indonesia. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semuanya.

ETIKA DAN MORALITAS PELAJAR DAN PEMUDA DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT ISLAM DIDALAM ERA GLOBALISASI

“Etika dam moral’’ dalam pengertian umum ialah kesopanan /adab,adat istiadat,adap sopan, dan tata krama.Jadi dalam memahami etika dan moral dapat di golongkan 3 hal yang mendasar dalam hubungan tata hubungan pertemanan, persahabatan, dan pergaulan yaitu
Perasaan Halus
Kesederhanaan, (tidak dibuat-buat. )
Kebersihan Jiwa ( Niat Baik, i’tikad baik,Ikhlas)
Generasi remaja sekarang dihadapkan kepada problem – problem besar kehidupan dari akibat pola perteman, persahabatan dan pergaulanya bahkan cenderungnya mengarahka mereka pada pola kehidupan yang selau berupaya menghindari kesukaran, mencari, dan memproduksi kemudahan-kemudahan dengan tawaran pemusahan hasrat,keinginan nafsu.para remaja harus mengetahui benar bahwa mereka sekarang dihadapkan pada era post-struktualis dan post modernis yang dicirikan sebb :
Tidak ada kebenaran
Tidak ada seseatu yang mutlak, dan ada hanyalah kerelatifanya.
Tidak boleh terlalu mudah untuk mengklaim mana yang benar maup yang salah , karena persolan yang baik maupun yang salah adalah persoalan pandang saja
Yang menjadi ukuran yang baik dan buruknya adalah manusia , bukan tuhan dan jin atau setan.
Mereka dipaksa secara efektif untuk mejeng dan nongkrong – nongkrong di mall atau di café-café, pergi melancong rame-rame ,bolos sekolah, tak mau tahu persoalan orang tua, tidak sukak membaca buku dll.akibatya generasi yang tanpa punya rasa malu , hilang sopan santun ,lebih mementingkan kesenangan sesaat, padahal hidup masih panjang dan tantangan hidup makin kompleks ,moral rusak aklhak bejat,garga diri tergodai, mkesucian terdistorsi.
Mari kita renungkan wahai para pelajar dan pemuda terutama para Kader Pelajar Islam Indonesia ( PII ) yang pada saat ini merupakan amanah yang paling utama yaitu malaksanakan kewajiban mengabdi kepada umat dan bangsa. dari kitalah terlebih dahululah kita melakukan perubahan baik dari segi tingkah laku maupun yang lainya, agar pelajar di era globaslisasi ini masih taat kepada sang Khalik yang telah menciptakanya. dan tetap mejalankan amanah yang istiqamah dalam perentahnya.
Ada 2 cara yang harus dilakukan oleh apara remaja maupun para pemuda yaitu :
Mari kita meningkatkan kualitas diri,yakni bagaimana cara kita untuk mencitrakan diri sebagai seorang pelajar maupun pemuda yang muslim yang kaffah,kuncinya sederhana : berupaya terus mengamalkna ajaran-ajaran islam sebagaimana tercemin dalam AQur’an dan Sunnah Rasullullah SAW dan itu sudah cukup menjadi acuan dalam bersikap.
Menjadi cerdas dan bijak dalam menghadapi problem-problem besar yang dapat melingkupi ,remaja muslim harus bisa tampil beda,yakni beda dalam keyakinan dan cara pandang terhadap problem-poroblem besar yang mencukupinya dengan begitu seorang remaja/pelaja maupun pemuda menempatkan keshalihanya semata ,melainkan juga kecerdasan dalam kebijakan dalam menghadapi suitnya persoalan.

Al-Quran raksasa Karya Pemuda asal Palembang

PALEMBANG, — Setelah enam tahun bergelut menulis dan mengukir kayu tembesu dengan ukiran khas Palembang menjadi kepingan Al Quran berukuran panjang 177 cm dan lebar 144 cm serta tebal 2,5 cm, pemuda Palembang yang dimotori Syofwatillah Mozaib akhirnya meluncurkan 30 juz Quran raksasa, di Palembang, Kamis.

Syofwatillah mengaku, peluncuran Al Quran 30 juz tersebut dilakukan untuk sosialisasi kepada masyarakat Palembang sebelum diresmikan.


Masyarakat juga diharapkan dapat memberikan masukan dan koreksi jika masih ada kesalahan tulis, katanya, yang mengaku sejak kecil bercita-cita menciptakan karya spektakuler tersebut.

Menurut dia, Quran tersebut dikerjakan sejak tahun 2002 dan selesai Desember 2008.

Selama proses pembuatan Quran itu terjadi pasang surut dana karena sebelumnya tidak meminta bantuan dari pihak lain kecuali uang pribadi.

Ia mengatakan, walaupun bermasalah dari segi pendanaan tetapi dibantu sejumlah pengukir dan ustaz tetap melanjutkan pembuatan mashab tersebut.

“Namun setelah selesai juz kedua atau sekitar 20 keping lembaran Quran, dia mengaku tidak lagi mampu melanjutkan pembuatan kitab suci tersebut karena kehabisan dana,” katanya.

Dia menjelaskan, masalah dana tersebut akhirnya mendapat angin segar dapat diselesaikan dengan bertemunya penggagas Quran raksasa atau Al Akbar itu dengan tokoh masyarakat asal Sumsel, Taufik Kiemas, yang datang ke Masjid Agung pada peringatan tahun baru Islam 1 Muharram 1423 atau 15 Maret 2002.

“Saat itu, Taufik Kiemas menyatakan kesiapannya untuk menyumbang setelah melihat sekeping Quran yang dipajang di stan pameran masjid tersebut,” ujarnya.

Dia menambahkan, komitmen tokoh asal Sumsel tersebut akhirnya bisa ditagih setelah pihaknya menghadap Gubernur Sumsel saat itu, Rosihan Arsyad.

“Sampai akhirnya tercatat 31 donatur dan terkumpul Rp 931 juta yang penyumbangnya antara lain adalah Taufik Kiemas, Nazaruddin Kiemas, Rosihan Arsyad, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” katanya.

Sumbangan dana dari donatur tersebut semakin memacu semangat menyelesaikan Al Akbar yang akhirnya dapat selesai selama enam tahun.

“Biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan karya spektakuler tersebut mencapai Rp 1,1 miliar,” katanya.

PEMUDA DAN SOSIALISASI SERTA PERANANNYA DALAM MEMBANGUN MASYARAKAT

1. Pengertian Pemuda
Telah kita ketahui bahwa pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai.hal ini merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada pengertian ini. Didalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karmapemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.
Ada beberapa kedudukan pemuda dalam pertanggungjawabannya atas tatanan masyarakat,antara lain :
a. Kemurnian idealismenya
b. Keberanian dan Keterbukaanya dalam menyerap nilai-nilai dan gagasan-gagasan yang baru
c. Semangat pengabdiannya
d. Sepontanitas dan dinamikanya
e. Inovasi dan kereativitasnya
f. Keinginan untuk segera mewujudkan gagasan-gagasan baru
g. Keteguhan janjinya dan keinginan untuk menampilkan sikap dan keperibadiannya yang mandiri
h. Masihlangkanya pengalaman-pengalaman yang dapat merelevansikan pendapat,sikap dan tindakanya dengan kenyatan yang ada.

2 Sosialisasi Pemuda
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri,bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi,baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.Ada beberapa hal yang perlu kiya ketahui dalam sosialisasi,antara lain: Proses Sosialisasi, Media Sosialisasi dan Tujuan Sosialisasi.
a) Proses sosialisasi
Istilah sosialisasi menunjuk pada semua factor dan proses yang membuat manusia menjadi selaras dalam hidup ditengah-tengah orang kain. Proses sosialisasilah yang membuat seseorang menjadi tahu bagaimana mesti ia bertingkah laku ditengah-tengah masyarakat dan lingkunga budayanya. Dari proses tersebut,seseorang akan terwarnai cara berpikir dan kebiasaan-kebiasaan hidupnya.
Semua warga negara mengalami proses sosialisasi tanpa kecuali dan kemampuan untuk hidup ditengah-tengah orang lain atau memgikuti norma yang berlaku dimasyarakat. Ini tidak datang begitu saja ketika seseorang dilahirkan,melainkan melalui proses sosialisasi.

b) Media Sosialisasi
o Orang tua dan keluarga
o Sekolah
o Masyarakat
o Teman bermain
o Media Massa.

c) Tujuan Pokok Sosialisasi
o Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
o Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengenbangkankan kemampuannya.
o Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
o Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umum.

3. Hakekat Pemuda
Ada beberapa hakekat kepemudaan yang ditinjau dari dua asumsi :
1. pengkhayatan mengenai proses perkembangan manusia bukan sebagai suatu kontinum yang sambung menyambung tetapi fragmentaris, terpecah-pecah, dan setiap fragmen mempunyai artinya sendiri-sendiri. Pemuda dibedakan dari anak dan orang tua dan masing-masing fragnen itu mewakili nilai sendiri.
2. merupakan tambahan dari asumsi wawasan kehidupan ialah posisi pemuda dalam arah kehidupan itu sendiri.Pemuda sebagai suatu subjek dalam hidup, tentulah mempunyai nilai sendiri dalam mendukung dan menggerakan hidup bersama. Hal ini hanya bisa terjadi apabila tingkah laku pemuda itu sendiri ditinjau sebagai interaksi dalam lingkungannya dalam arti luas.
Ciri utama dari pendekatan ini melingupi dua unsur pokok yaitu unsur lingkungan atau ekologi sebagai kesekuruhan dan kedua,unsure tujuan yang menjadi pengarah dinamika dalam lingkungan itu.Keseimbangan antara manusia dengan lingkungannya adalah suatu keseimbangan yang dinamis, suatu interaksi yang bergerak.Arah gerak itu sendiri mungkin ke arah perbaikan mungkin pula ke arah kehancuran.

4. Peranan Pemuda Dalam Pembangunan Masyarakat ,Bangsa dan Negara
Dalam hubungannya dengan sosialisasi geenerasi muda khususnya mahasiswa telah melaksanakan proses sosialisasi dengan baik dan dapat dijadikan contoh untuk generasi muda, mahasiswa pada khususnya pada saat ini.
Proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan pengorbanan yang tinggi. Oleh karena segera setelah proklamasi pemuda Indonesia membentuk organisasi yang bersifat politik maupun militer, diantaranya KAMI(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) yang didirikan oleh mahasiswa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
KAMI menjadi pelopor pemdobrak kearah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan nama orde baru (ORBA). Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai masa depan suatu bangsa, demikian bunyi suatu pepatah. Berarti masa depan suatu bangsa itu terletak ditangan generasi mudas.
Kalau dilihat lebih mendalam, mahsiswa pada garis besarnya mempunyai peranan sebagai :
a. agent of change
b. agent of development
c. agent of modernizatiom
Sebagai agent of change, mahasiswa bertugas untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam masyarakat kearah perubahan yang lebih baik. Sedangkan agent of development, mahasiswa bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang, baik yang bersifat fisik maupun non fisik.Sebagai agent of modernization, mahasiswa bertugas dan bertindak sebagai pelopor dalam pembahruan.

5. Beberapa Permasalahan Dan Tantangan
Perubahan-perubahan sosial budaya yang terjadi sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yang diikuti oleh masalah peledakan penduduk dan berbagai krisis dunia dalam bidsng ekonomi, social, budaya, politik dan pertahanan keamanan, telah mempengaruhi masyarakat secara mendasar.
Pengaruh itu drasakan pula oleh generasi muda atau pemuda sebagai masalah langsung menyangkut kepentingannya di masa kini dan tantangan yang dihadapinya di masa yang akan dating. Secara garis besar, permasalahan generasi muda itu dapat dilihat dari berbagai aspek sosial, yang meliputi :
a. Aspek Sosiologi Psikhologi
b. Aspek Sosial Budaya
c. Aspek Sosial Ekonomi
d. Aspek Sosial Politik

KESIMPULAN


Pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan Negara bangsa dan agama. Selain itu pemuda/mahasiswa mempunyai peran sebagai pendekar intelektual dan sebagai pendekar social yaitu bahwa para pemuda selain mempunyai ide-ide atau gagasan yang perlu dikembangkan selain itu juga berperan sebagai perubah Negara dan bangsa ini. Oleh siapa lagi kalau bukan oleh generasi selanjutnya maka dari itu para pemuda harus memnpunyai ilmu yang tinggi dengan cara sekolah atau dengan yang lainnya, dengan begitu bangsa ini akan maju aman dan sentosa.

PEMUDA IDEAL!

Apa yang kamu pikirin kalo denger kalimat bahwa Pemuda adalah Generasi Penerus Bangsa? Terus apanya yang di terusin? Hehehe, siapa lagi yang akan menerusakan perjuangan dan dakwah yang sudah dilakukan para kaum tua yang telah mendahului kita yang pastinya Pemuda, pemuda yang mempunyai akhlak yang baik dan tentunya memiliki Ilmu pengetahuan yang luas.
Pemuda berperan penting dalam kehidupan didunia ini, Potensi yang dimiliki sangat besar jika diasah dan disinergikan, potensi-potensi itu akan menghasilkan ledakan yang dahsyat. Tapi percuma saja kalo pemudanya bermalas-malasan, tidak bersemangat dan mudah putus asa apa lagi kalo di ajak holaqoh atau ngaji aja susah? Hmm, kalo begitu gimana mau jadi pemuda muslim yang ideal?
Katanya “Yang muda yang berkarya dan jangan cuma bicara” kalo menulis di Gaul Islam gimana tuh? Hehehe Insya Allah tulisan ini sebagai wujud nyata sumbangan pemikiran dan dakwah, usaha untuk menyemangati dan mengkritisi kondisi pemuda saat ini. Prikitiw!
Bro en sis! seperti yang kita ketahui banyak perubahan besar yang terjadi dan dilakukan oleh pemuda, coba kita flashback pada masa detik-detik kemerdekaan bangsa Indonesia, semangat para pemuda saat itu luar biasa sampai-sampai Ir. Soekarno diculik oleh golongan Pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia jangan lupa juga momentum sumpah pemuda yang bertekat untuk bersatu membangun bangsa, semangat!!!
Dalam sejarah Islam kita lihat pembinaan pertama yang dilakukan Rasulullah SAW terhadap para pemuda. Yang termuda, Ali bin Abi Thalib berusia 8 tahun hampir sama dengan Az-Zubair bin Al’Awwam, kemudian Ja’far bin Abi Thalib (18), Usman bin Affan (20), Umar bin Khattab (26), Usman bin Zaid pada usianya yang masih cukup belia (18) Rasulullah SAW mengangkatnya menjadi Penglima Perang memimpin pasukan muslimin dalam penyerbuan ke wilayah Syam yang berada dalam kekuasaan Romawi.
“Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah, melainkan ia (dipilih) dari kalangan pemuda saja (30-40 tahun). Begitu pula tidak ada seorang alim pun yang diberi ilmu melainkan ia dari kalangan pemuda.” Ibnu Abbas rs.
“Kami mendengar ada seorang pemuda ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala, namanya Inrahim.” (TQS. Al-Anbia: 60)

Pemuda-pemuda seperti merekalah yang kita patut teladani, ilmu pengetahuan, semangat berjuang, jiwa berkorban dan ketakwaan semata-mata hanya mengharap ridho Allah dan RasullnNya.
Patut diberi apresiasi
Di zaman sekarang ini kita patut bangga atas prestasi pemuda Indonesia dalam berbagai bidang. Di bidang sains, pemuda Indonesia menjuarai olimpiade Internasional seperti meraih piala Perak pada tahun 2008 lalu, dalam ajang Internasional Mathematics Olympiad (IMO), Internasional Biology Olympiad (IBO) dan banyak lagi. Nggak ketinggalan dalam bidang teknologi, bidang olah raga nggak sedikit meraih prestasi yang membanggakan, disisilain dalam bidang ini pemerintah sepertinya kurang serius dalam memberdayakan SDM pemuda, bisa kita lihat dari kesejahteraan para atlit boleh dibilang masih kurang malah sampai ada atlit yang terpaksa menjalani propesi sampingan sebagai tukang asongan, supir angkot dan lainnya. Hmmm coba perhatiin juga Tim Sepakbola Indonesia, kita berharap bisa menjuarai Piala Dunia bukan hal yang mustahilkan?, jangan hanya menang dalam pentas adu jotos, tawuran ketika para sporter kecewa atas kekalahan tim kesayangannya, juga ada yang sampai meninggal demi hal yang kurang patut diperjuangkan hmm?? Walaupun semangatnya berapi-api tapi jangan dicontoh loh.
Diantara segudang prestasi yang diraih nggak kalah banyak juga Pemuda yang terjerumus dalam pergaulan yang salah fatal, budaya seks bebas yang seakan sudah biasa di kehidupan Kota-kota besar, penyalah gunaan obat-obatan terlarang, Narkoba sebagai pelarian atas problem hidup yang amat berat, padahal pakai Narkoba bukan solusi yang gentleman “nggak cowok banget dach!” banyak yang meninggal akibat OD (over Dosis). Belum kasus yang sering muncul di media tentang aborsi, akibat pergaulan seks bebas, apa mungkin si perempuan belum siap atas kehamilannya dan status buruk yang dicap kemudian menggugurkan kehamilannya, lebih tidak manusiawi lagi si jabang bayi yang sudah dilahirkan sengaja dibunuh oleh ibunya, wadduh binatangpun nggak sekejam itu dech?
Belum lagi kasus pelajar yang putus asa karena nggak lulus Ujian Nasional? Mengambil Jalan pintas karena merasa malu akhirnya bunuh diri, wow! Penyerahan diri sepenuhkanya kepada Allah ya bukan begitu caranya bro! kalo mau berserah diri kepada Allah SWT atau malu terhadap linkungan sekitar karena nggak lulus, mending kabur aja dari rumah terus cari pesantren yang gratisan enak toh? Syarat masuk ke Pesantren nggak harus lulus Ujian Nasional kok, Iya toh, mantep toh?
Budaya konsumerisme dan Gaya hidup mewah mungkin udah mendarah daging dikehidupan remaja perkotaan, doktrin kapitalisme membuat mereka terperosok ke dalam nafsu individualisme dan materialisme, ironisnya saat ada teman yang mendakwah tapi dengan seenaknya berkata “Urusin aja diri elo sendiri, ngapain repot-repot ngurususin gue!? udah dech urusan kayak begini nggak usah disangkut pautin sama masalah Agama”, Waduh, masih untung ada yang mau peduli kesesama temannya, apa jadinya dunia! jika semua manusia menjadi individualistis?
Remaja Sekuler.
Bro en Sis, sebelumnya saya bukan ingin menghakimi atau mencerca saudara-saudara lainya tapi kita juga wajib kritis dan menyadarkan bahwa masih banyak remaja yang mengaku Islam tapi nggak mau menkaji ajaran Agamanya sendiri, seiring perkembangan zaman malah membuat remaja menjadi sekuler! Coba tanyakan pada pemuda-pemuda yang mengaku Islam yang sedang berlalu-lalang di jalan untuk menyebutkan 12 nama bulan dalam Islam? Pasti banyak yang tidak hafal dan terbata-bata menyebutkannya, tapi giliran ditanya bulan masehi? Anak Sekolah Dasarpun lancar nyerocos, kayak busway yang lagi ngebrutss. Repot-repot tanya soal bulan Hijriah coba dech tanya dulu huruf Hizaiyah? Hehehe. Demokrasi mengajarkan kita untuk mengagungkan kebebasan, dan hasilnya kerusakan!. Bro en Sis, “kita jangan jadi Bebek” alias mengikuti budaya barat mulai dari pakaian, hedonisme, hura-hura, pergaulan bebas terus suka mengkonsumsi narkoba. Pemuda adalah penerus bangsa yang nantinya akan menjadi pemimpin Negara bahkan dunia. Negara pastinya hancur jika remaja tidak segera diselamatkan.
Solusi & Kriteria Pemuda Ideal
Solusinya hanya ada satu yaitu kembali kepada Islam yang Kaffah. Jangan setengah-setengah agar kita menjadi pemuda yang Ideal menurut Islam. Islam adalah agama yang amat memuliakan dan perhatian terhadap pemuda. Dalam Al-Qur’an mengkisahkan tentang Ashabul Kahfi, cerminan sekelompok pemuda yang beriman dan tegar keimannya kepada Allah SWT. Mereka berani meninggalkan kaumnya yang mayoritas menyimpang dari ajaran Allah dan penguasa dzalim sementara ratusan orang dibinasakan, diceburkan ke dalam parit berisi api yang bergejolak. sekelompok pemuda itu bersembunyi kedalam sebuah gua dan Allah SWT menyelamatkannya dengan menidurkan mereka selama 309 tahun, Subhannallah! Gimana sih kriteria pemuda Islam yang ideal? dan Sifat-sifat dasar yang dituntut dari pemuda Islam? Nah tetep baca artikel ini.
Oke deh kita bahas Yuk! ini juga perlu jadi catatan dan tolak ukur buat kita, menurut Dr. M. Manzoor Alam (1989 : 40-43) kriteria dan sifat-sifat dasar tersebut adalah :
Pertama, percaya dan hanya menyembah kepada Allah.
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran kepada anaknya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman besar.” (TQS. Luqman :13)
Kedua, berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tua, Islam menekankan pentingnya berbuat kepada kedua orang tua dan merupakan bagian terhadap penyembahan terhadap Allah Yang Maha Kuasa.
“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. ((QS. Al Israa : 23)
Ketiga, jujur dan bertanggung jawab, pemuda Islam patutnya berikhtiar untuk memanfaatkan amanah yang berupa kekayaan, kedudukan, kesehatan, tindakan, pengetahuan dan lainya. sebagaimana Firman Allah SWT:
“Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, Maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh Telah kami binasakan. dan cukuplah Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha melihat dosa hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Israa : 16-17).
Keempat, persaudaraan dan kasih sayang, Pemuda Islam juga harus memiliki sifat kasih sayang antar sesamanya dan hendaknya dibarangi dengan semangat berkorban.
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al Hujuraat : 10).
Kelima, yang terakhir adalah bermusyawarah, setiap individu memiliki perbadaan, agar tidak terjadi perpecahan dan kesalah fahaman dalam bermasyarakat, tentunya Pemuda Islam juga harus perpegang teguh pada norma-norma permusyawarahan. Seperti yang telah diamanatkan Allah SWT. :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali’Imran:159)
Apa yang bisa kita lakukan?
Wah, indah banget dech kalau saja sifat-sifat dasar tersebut ada di dalam pemuda Muslim Indonesia, pastinya akan membawa perubahan dan kemajuan ke arah yang jauh lebih baik. Point yang bisa kita ambil adalah teramat penting ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Jika hidup kita disibukkan dengan urusan Agama (Islam) tentu urusan duniawi akan mengikuti dengan baik namun sebaliknya jika kita hanya berjibaku hanya urusan duniawi alhasil hanya kenikmatan fatamorgana yang kita dapat, penyesalan dan kehancuran. Yang lebih mendasar adalah perkara Aqidah, seharusnya kita lebih memahami dan menerapkan Aqidah yang benar.
Bukan perkara sulit untuk mewujudkannya jika kita mau melakukan perubahan mulai pada diri kita sendiri, jangan cuma bicara “Talk less do more” Hehe. Hal kecil yang bisa kita lakukan adalah berdakwah, karena merupakan kewajiban setiap Muslim untuk mengingkan kejalan yang benar dan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama. Jangan sampai mencela orang-orang yang berbuat salah karena itu akan membuat mereka semakin gila dalam kesalahan, jangan sampai kita berdakwah namun menganggap kita lebih tinggi lebih berilmu dari mereka yang kita dakwahi karena biarlah Allah yang menentukan derajat kemuliaan seseorang.
Bro en Sis, Masalah hidup pasti nggak akan habis tapi hanya ada satu solusi yang tepat, yaitu “Hadapi”. Pertanyaannya adalah bagaimana mewujudnyakan supaya kita menjadi pemuda yang ideal menurut Islam? Hmm tentunya dengan Belajar sebagai langkah awal mendalami Islam yang seutuhnya kemudian segera menyampaikan Ilmu yang kita dapat kepada teman-teman yang lainnya. Oh indahnya jika semua itu bisa terwujud.

You're number ........ visitors

Wacth the clock...!!

Comment Here...!!

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x