Jumat, 25 Juni 2010

Pemuda Indonesia, Generasi Apolitis yang Optimistis

Apolitis, tetapi ingin populer dan mementingkan kekayaan di tengah konteks pertemanan global.” Itulah gambaran pemuda Indonesia saat ini yang hidup dalam komunitas maya akibat perkembangan teknologi telekomunikasi sebagaimana terpotret dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas.

Pemuda Indonesia, engkau pahlawan dalam hatiku! Demikian ungkap Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, dalam salah satu pidatonya yang terkenal bertajuk ”Fajar Menyingsing”.

Di depan massa dalam pembukaan Rapat Besar di Lapangan Ikada, Jakarta, tanggal 11 September 1944, secara khusus Bung Hatta menyoroti betapa pentingnya peran pemuda sebagai harapan bangsa. ”Saya percaya akan kebulatan hati pemuda Indonesia, yang percaya akan kesanggupannya berjuang dan menderita,” papar Hatta.

Generasi muda tidak hanya diklasifikasikan sebagai lapisan masyarakat berusia muda, tetapi lebih jauh dari itu selalu digambarkan sebagai sebuah generasi yang diisi oleh sosok-sosok yang penuh idealisme, berani berkorban, berani menderita, dan menjadi pelopor setiap perubahan sosial ataupun politik untuk kepentingan bangsanya.

Namun, kini setelah lebih dari satu abad Kebangkitan Nasional, menjelang 81 tahun setelah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dan lebih dari 63 tahun setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945, pemuda menggariskan tantangannya sendiri. Bagaimanakah sosok pemuda masa kini?

Jajak pendapat Kompas yang dilaksanakan pada tanggal 21-23 Oktober 2009 di 10 kota besar di Indonesia mencoba untuk mengungkap bagaimana sosok pemuda perkotaan berusia 16-30 tahun dalam memandang diri dan kehidupannya, baik untuk saat ini maupun masa depan. Selain itu, juga diungkap bagaimana pemuda masa kini dalam memandang berbagai persoalan yang ada di masyarakat. Rentang usia 16-30 tahun ini mengambil kriteria pemuda berdasarkan RUU Kepemudaan, yang baru-baru ini disetujui DPR untuk segera disahkan.

Generasi terbuka

Hasil jajak pendapat Kompas menunjukkan bahwa di masyarakat perkotaan Indonesia telah muncul satu generasi muda baru yang sangat melek dengan perkembangan teknologi di bidang informasi dan telekomunikasi. Komputer, laptop, internet, dan aneka jenis telepon genggam sudah sangat akrab dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka sehari-hari saat ini.

Tidak kurang dari 81 persen responden mempunyai kebiasaan mengakses internet dan sekitar 69 persen responden terbiasa mengirim dan menerima surat elektronik (e-mail) dalam kehidupan sehari-harinya. Kedua hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden pemuda sangat akrab dengan dunia maya. Internet tak hanya digunakan sebagai sarana untuk mengakses informasi, tetapi juga digunakan sebagai sarana komunikasi dan berinteraksi sosial.

Selain digunakan untuk menerima dan mengirim pesan instan (chatting), belakangan ini situs jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, atau sebelumnya Friendster dan MySpace, telah menjadi media komunikasi dan interaksi sosial baru yang turut membentuk karakter sosial dan alam pikir pemuda. Facebook, misalnya, saat ini menjadi situs jejaring sosial yang paling banyak diminati di Indonesia, terutama di kalangan muda.

Menurut situs CheckFacebook.com, dari sekitar 303 juta pengguna Facebook di dunia, 10,8 juta di antaranya adalah pengguna dari Indonesia. Jumlah pengguna di Indonesia ini meningkat dengan sangat pesat karena pada pertengahan tahun 2008 penggunanya baru sekitar 300.000 orang.

Tingginya minat masyarakat terhadap situs jejaring sosial itu tecermin dari hasil jajak pendapat kali ini. Tiga dari empat responden kategori pemuda adalah pengguna situs jejaring sosial, yang kebanyakan adalah Facebook. Adapun lebih kurang separuh responden pemuda (48 persen) selain sebagai pengguna, juga membuat profil pribadi di situs jejaring sosial itu.

Persentase responden pemuda yang memiliki profil pribadi ini jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan responden berusia di atas 30 tahun yang hanya sekitar 21 persen. Hal ini mengindikasikan responden pemuda lebih berani membuka dirinya kepada orang lain ketimbang generasi di atasnya.

Mandiri dan produktif

Tidak hanya melek teknologi dan lebih terbuka, hasil jajak pendapat ini juga mengungkapkan bahwa pemuda saat ini sangat optimistis dalam menghadapi tantangan kehidupan masa depannya. Dalam soal penghasilan, misalnya, kendati separuh dari responden pemuda yang bekerja merasa uang yang mereka terima saat ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan, hampir semua responden (94 persen) yakin, pada masa depan, mereka akan mendapatkan penghasilan sesuai dengan yang diharapkan.

Sikap optimistis itu juga ditunjukkan sewaktu mereka diminta untuk memersepsikan kondisi yang dialaminya dengan kondisi yang dialami pemuda generasi sebelumnya, sekitar 20 tahun yang lalu, dalam beberapa persoalan. Rata-rata lebih dari dua per tiga pemuda saat ini berani memastikan, dibandingkan dengan nasib pemuda pada masa lalu, saat ini mereka mempunyai kesempatan yang lebih baik mulai dari hal untuk mendapatkan gaji yang tinggi, kehidupan yang menyenangkan, kemudahan membeli rumah, ikut serta dalam melakukan perubahan sosial, mendapatkan pendidikan yang baik, menikmati jaminan keuangan, hingga soal kebebasan seks.

Di samping bersikap optimistis, sebagian besar responden berani mengklaim, mereka adalah generasi yang unik dan berbeda dengan generasi lainnya. Untuk mendeskripsikan keunikan generasi mereka, sebagian besar responden menggunakan kata ”sukses dan mandiri”.

Selain itu, sebagian dari mereka menilai dirinya sebagai generasi ”produktif”. Di sisi lain, untuk menegaskan keunikan generasi mereka sebagai generasi yang lebih maju, sebagian besar pemuda menilai generasi orangtuanya adalah generasi ”kuno” atau ”jadul” (jaman dulu).

Pragmatis dan apolitis

Keunikan atau ciri khas pemuda sekarang yang lain adalah sikap pragmatisme. Ini terlihat dari harapan atau cita-cita yang ingin dicapai pada masa depan dan pandangan generasi ini terhadap persoalan yang dianggap penting bagi mereka saat ini.

Persoalan keuangan dan karier adalah persoalan paling utama bagi generasi muda saat ini. Menurut pandangan mereka, sebagian pemuda generasi mereka saat ini bercita-cita ingin menjadi kaya dan terkenal. Hanya seperempat bagian responden yang menilai generasi muda sekarang masih idealis, yakni ingin membantu orang yang memerlukan dan yang bercita-cita menjadi pemimpin di komunitasnya (lihat grafik).

Sikap pragmatisme sebagian besar pemuda yang lebih mengedepankan kepentingan pribadi, yakni ingin kaya, terkenal, dan sukses dalam karier, berbanding terbalik dengan rendahnya partisipasi pemuda di bidang politik dan kemasyarakatan. Ketertarikan untuk terjun di bidang politik, seperti menjadi anggota partai politik ataupun anggota legislatif, sangatlah rendah. Tidak hanya itu, sebagian besar pemuda ternyata juga tidak tertarik untuk aktif di bidang sosial, seperti menjadi anggota organisasi kemasyarakatan, organisasi pemuda, dan lembaga swadaya masyarakat.

Tampaknya memang telah terjadi perubahan dan pergeseran nilai yang membentuk generasi pemuda saat ini, terutama dalam memandang realitas kehidupannya. Selain tantangan berbeda yang dihadapi pemuda saat ini, beragamnya referensi sebagai dampak dari kemajuan teknologi dan luasnya pergaulan mereka juga membuat cara pandang dan sikap mereka dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada menjadi berbeda.

Salah satu dampaknya adalah pemuda saat ini cenderung menjadi lebih pragmatis dan kurang peduli terhadap persoalan di luar dirinya. Namun, apabila pemuda bisa merespons berbagai tantangan ke depan itu dengan tepat dan menggunakan berbagai referensi yang ada secara bijak, bangsa ini ke depan masih bisa berharap banyak pada mereka.

Comments :

0 komentar to “Pemuda Indonesia, Generasi Apolitis yang Optimistis”